Selasa, 18 Agustus 2009

Profil Objek Wisata Kalimantan Selatan (Kota Banjarmasin)


Propinsi Kalimantan Selatan Ibukotanya Kota Banjarmasin dan wilayah ini banyak dilalui sungai besar dan sungai kecil (kanal). Banyak sekali kegiatan masyarakat yang dilakukan di sungai termasuk kegiatan perdagangan yang dikenal dengan pasar terapung. Penduduk kota Banjarmasin masih banyak yang tinggal di atas air. Rumah-rumah penduduk dibangun diatas tiang atau diatas rakit dipinggir sungai.

Budaya sungai terus berkembang, memberikan corak budaya tersendiri dan menarik. Salah satu kegiatan wisata paling menarik di kota Banjarmasin adalah berjalan-jalan menyusuri sungai dan kanal. Daerah pinggiran kota pemandangan alam sungainya masih asli dan wisatawan dapat menyusuri sepanjang sungai Martapura dan sungai Barito dengan menggunakan perahu Klotok dan Speedboat. Pusat Kota Banjarmasin terletak di sepanjang jalan Pasar Baru, sementara kawasan perkantoran khususnya Bank terdapat di jalan Lambung Mangkurat. Sungai Barito berada di sebelah Baratnya dari pusat kota.

Sebagian besar kegiatan masyarakat di Banjarmasin terjadi sungai atau disekitar sungai. Oleh karena itu sangatlah menarik menyaksikan kehidupan Kota dari tengah sungai. Wisatawan dapat menyewakan perahu motor yang mangkal di tepi sungai dengan tarif sekitar Rp. 75.000 per jam guna memulai perjalanan menyusuri sungai melewati sejumlah lokasi penarikan dengan waktu tempuh dua hingga tiga jam.

Perjalanan di mulai dengan melewati Mesjid Raya Sabilal Muhtadin menuju kepasar kuin dimana air sungai Kuin mengalir menuju sungai Barito. Wisatawan dapat juga singgah di Pulau Kembang dan kemudian melanjutkan perjalanan melalui penggergajian kayu di sungai Alalak dan kembali ke Pusat Kota melalui Sungai Andai.

Pasar Terapung adalah pasar tradisional yang sudah ada sejak dulu dan merupakan refleksi budaya sungai orang Banjar. Pasar yang khas lagi unik ini tempat melakukan transaksi di atas air dengan menggunakan perahu besar maupun kecil yang berdatangan dari berbagai pelosok. Pasar Terapung hanya berlangsung pada pagi hari sekitar jam 05.00 hingga 09.00 setiap hari. Dan dengan perahu Klotok dari Kota Banjarmasin dapat dicapai sekitar 30 menit.

Wisatawan harus datang pagi-pagi untuk dapat melihat kesibukan Pasar Terapung ini. Salah satu Pasar Terapung di Banjarmasin adalah Pasar Kuin yang terletak di persimpangan antara Sungai Kuin dan Sungai Barito.

Sejak dahulu Kalimantan, khususnya Kalimantan Selatan terkenal dengan hasil kayu dan rotan. Pada masa lalu kayu yang ditebang langsung dikirim keluar Kalimantan, tetapi saat ini sebelum dikirim keluar daerah terlebih dahulu diolah menjadi bahan setengah jadi, demikian juga untuk industri rotan.

Sasirangan adalah batik khas Kalimantan Selatan yang pada jaman dahulu digunakan untuk mengusir roh jahat dan hanya dipakai oleh kalangan orang-orang terdahulu seperti keturunan raja dan bangsawan. Proses pembuatan masih dikerjakan secara tradisional. Lokasi penjualannya di kecamatan Banjar Timur, 20 menit dari pusat Kota Banjarmasin.

Salah satu Landmark Kota Banjarmaisn adalah Masjid Raya Sabilal Muhtadin yang berada dijalan Jendral Sudirman. Mesjid Raya Sabilal Muhtadin berdiri megah dijantung kota Banjarmasin menghadap Sungai Martapura. Bangunan Masjid arsitektur modern dengan di kelilingi lima menara yang menjulang tinggi serta taman masjid yang luas dan indah. Masjid Raya Sabilal Muhtadin berlantai dua mempunyai kapasitas tempat sholat untuk 15.000 jemaah dan merupakan masjid kebanggaan masyarakat Kalimantan Selatan dan pusat pengkajian agama Islam. (27 November 2007)

Sumber :

http://www.kalselprov.go.id/potensi-daerah/profil-objek-wisata-kalimantan-selatan

19 Agustus 2009

Sumber Gambar:

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhgvOs08IsG0SpLkYhiQwyQR8eP3Ifg4YcMSFjgfxHrXYDBYou5TksSAuDnmneKqwxugc4z8FBw3JZ4nkcnENHdKIwACUOD9gXgMYajrW0JqcPK_xm5Hjqnv1a3N8H5nxsqjj_WN8CvBnIF/s320/20080621_032642_pasar.jpg


Masjid Raya Sabilal Muhtadin: Kebanggan "Urang Banua"


MASJID Raya Sabilal Muhtadin Banjarmasin adalah masjid kebanggan masyarakat Kalsel, lebih khusus warga Banjarmasin. Masjid terbesar di Kalimantan Selatan ini terletak di Jalan Jenderal Sudirman Banjarmasin, tak jauh dari Kantor Gubernur Kalsel.

Masjid ini didirikan di atas tanah seluas 100 ribu meter, di tempat bekas Komplek Asrama Tentara Tatas yang pada zaman kolonial Belanda dikenal dengan sebutan Benteng Tatas.

Untuk diketahui, Masjid Raya Sabilal Muhtadin Banjarmasin mulai dibangun pada 10 November 1974 hingga, Oktober 1979.

Nama "Sabilal Muhtadin" dipilih sebagai penghormatan kepada ulama besar Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari (1710-1812 M) yang selama hidupnya memperdalam dan mengembangkan agama islam di Kalimantan Selatan (dahulu Kerajaan Banjar, red). Dimana, Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari adalah penulis kitab Sabilal Muhtadin.

Berdasarkan data yang tertulis di sebuah buku berjudul South Kalimantan (Borneo), disebutkan bahwa bangunan masjid terdiri atas bangunan utama dengan luas 5.250 meter dan lima bangunan menara. Satu dari lima menara itu memiliki tinggi 45 meter. Sementara lainnya, hanya 21 meter.

Salah satu kubah bangunan utama bergaris tengah 38 meter yang terbuat dari aluminium sheet kalcolour berwarna keemasan. Sekeliling masjid dihiasi kaligrafi bertuliskan ayat-ayat Al Qur'an dan Asmaul Husna yang terbuat dari bahan tembaga.


Demikian pula dengan pintu dan jendela yang dihiasi relief ukiran khas Banjar. Namun, tentunya tidak untuk lantai dan dinding masjid. Karena, lantai dan dindingnya terbuat dari marmer.

Sebagai masjid terbesar, Masjid Raya Sabilal Muhtadin seringkali dijadikan sebagai pusat kegiatan keislaman. Hampir setiap harinya ada pengajian.

Namun, pengajian yang paling banyak didatangi jamaah adalah pengajian KH Ahmad Bakeri atau yang lebih akrab dipanggil Guru Bakeri setiap Jum'at malam, serta pengajian Guru Juhdi setiap Kamis malam.

Perlu diketahui, pada Ramadan 1426, 2005 lalu, Masjid Raya Sabilal Muhtadin dijadikan sebagai tempat pelaksanaan peringatan Nuzulul Qur'an yang dihadiri oleh Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono.

Masjid Raya Sabilal Muhtadin Banjarmasin juga sering kedatangan dai-dai kondang. Seperti Ustadz Jefri Al Buchori, Ustadz Ariffin Ilham, Aa Gym, Ustadz Yusuf Mansur, Ustadz Haddad Alwi, dan banyak lagi. (khai_ril)

Sumber :

http://banjarmasinkoe.blogdrive.com/archive/4.html

19 Agustus 2009


Sumber Gambar:

http://img81.imageshack.us/i/kali93bpi0.jpg/#q=Masjid Raya Sabilal Muhtadin

Wisata Budaya Kalimantan Selatan


Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) bekerjasama dengan pemerintah kabupaten/kota se Kalsel akan menggelar berbagai atraksi wisata dan budaya selama meramaikan Visit Kalsel tahun 2009 agar wisatawan berdatangan ke wilayah ini.

Kepala Dinas Olahraga, Pemuda, Budaya dan Pariwisata Kalsel, Drs.Bihman Muliansyah kepada pers di Banjarmasin, Kamis, menuturkan ada sejumlah jadual atraksi wisata dan budaya yang segera digelar di Kalsel dan kegiatan itu sudah dipromosikan gencar.

Tetapi karena berbagai hambatan, maka beberapa jadual atraksi terjadi perubahan, sebagai contoh saja lomba lanting gambu yang seharusnya digelar pada Januari diundur menjadi Maret, kegiatan ini berlokasi di danau Riam Kanan, Kabupaten Banjar, yang sekaligus untuk mengenal objek wisata alam lembah Kahung.

Peserta lomba itu merupakan utusan dari Kabupaten/Kota se Kalsel, dengan sistem regu setiap regu terdiri dari lima orang mewakili daerahnya masing-masing.

Teknis pelaksanaanya seperti layaknya lomba dayung, yaitu lanting (rakit) terbuat dari bambu itu didayung sekuatnya pada satu titik finish, siapa yang cepat sampai ke finish, maka berhak keluar sebagai juara pertama.

Ketika ditanya latar belakang lomba tersebut, ia menyebutkan lanting bambu merupakan sarana transportasi masyarakat Kalsel, khususnya di berbagai wilayah Pegunungan Meratus, sehingga keberadaan sarana tersebut harus dilestarikan.

Selain itu, keberadaan lanting bambu menarik perhatian kalangan wisatawan, khususnya dari mancanegara, sehingga seringkali wisatawan meminta pemandu wisatanya untuk menuju kawasan arung jeram yang terdapat lanting bambu, kemudian wisatawan tersebut berpetualang menggunakan sarana tradisional tersebut.

Melihat potensi lanting bambu sebagai daya tarik wisata cukup besar, maka dalam kaitan Visit Kalsel tahun 2009 ini keberadaan lanting bambu kian dipopulerkan lagi melalui lomba tersebut.

Atraksi wisata dan budaya selama Visit Kalsel lainnya adalah, Maulid Baayun Anak di Masjid Banua Halat Kabupaten Tapin pada Maret 2009 tersebut, kemudian bulan April lomba Bakisah Bahasa Banjar, Malasuang Manu di Kotabaru, serta Mappanretasi di Pagatan Kabupaten Tanah Bumbu.

Kemudian pada bulan Mei 2009 kontes dangdut se Kalsel di Pantai Takisung se Kalsel-teng dan tim, kemudian pada Juni 2009 pegelaran festival budaya Pasar Terapung dengan lokasi pinggiran Sungai Martapura dengan kegiatan sampingan pameran seni budaya, pameran kuliner, festival tari daerah, atraksi permainan tradisional.

Kemudian di bulan itu pula digelar, Aruh Ganal Dayak Meratus Loksado, dengan kegiatan pendamping lomba lanting Bambu, dan kontes anggrek Kalimantan di Loksado .

Sementara bulan Juli 2009, festival snoman Haderah se Kalsel, festival Musik Panting, bulan Agustus 2009 bersamaan peringatan hari jadi Provinsi Kalsel digelar, pameran dan gelar budaya antar etnis, lomba Kerbau Rawa di Hulu Sungai Utara tepatnya di kawasan Danau Panggang.

September 2009 berbagai atraksi berkaitan peringatan hari jadi Kota Banjarmasin, festival Layang-layang di Kabupaten Tanah laut, Oktober 2009 pergelaran seni budaya sumpah pemuda, serta selaku, Desember 2009 digelar Festival Ramadhan, serta Ramadhan Cake Fair, dan festival Sabilal Muhtadin Banjarmasin.

Disebutkannya, maksud diselenggarakannya Visit Kalsel 2009 adalah untuk memfokuskan berbagai kegiatan kepariwisataan secara terencana, terkoordinasi dan terpadu dengan dukungan berbagai pihak.

Disamping itu, dengan berbagai kegiatan atraksi wisata diharapkan dapat menyajikan daya tarik bagi kunjungan wisata, lokal, domestik, nasional dan mancanegara ke Kalsel.

Dengan harapan lagi, dengan Visit Kalsel akan kian tersosialisasikannya Promosi, seni, budaya, keindahan alam dan nilai-nilai kehidupan masyarakat Banjar dan Dayak di Kalimantan Selatan, disamping meningkatkan komitmen para pihak terkait dan pemangku kepentingan pariwisata untuk menjadikan pariwisata sebagai salah satu kekuatan ekonomi masyarakat di daerah dalam rangka pengentasan kemiskinan .

Sumber :
19 Agustus 2009

Sumber Gambar:

Seni Budaya Banjarmasin

Kultur budaya yang berkembang di Banjarmasin sangat banyak hubungannya dengan sungai, rawa dan danau, disamping pegunungan. Tumbuhan dan binatang yang menghuni daerah ini sangat banyak dimanfaatkan untuk memenuhi kehidupan mereka. Kebutuhan hidup mereka yang mendiami wilayah ini dengan memanfaatkan alam lingkungan dengan hasil benda-benda budaya yang disesuaikan. hampir segenap kehidupan mereka serba relegius. Disamping itu, masyarakatnya juga agraris, pedagang dengan dukungan teknologi yang sebagian besar masih tradisional.

Ikatan kekerabatanmulai longgar dibanding dengan masa yang lalu, orientasi kehidupan kekerabatan lebih mengarah kepada intelektual dan keagamaan. Emosi keagamaan masih jelas nampak pada kehidupan seluruh suku bangsa yang berada di Kalimantan Selatan.


Urang Banjar mengembangkan sistem budaya, sistem sosial dan material budaya yang berkaitan dengan relegi, melalui berbagai proses adaptasi, akulturasi dan assimilasi. Sehingga nampak terjadinya pembauran dalam aspek-aspek budaya. Meskipun demikian pandangan atau pengaruh Islam lebih dominan dalam kehidupan budaya Banjar, hampir identik dengan Islam, terutama sekali dengan pandangan yang berkaitan dengan ke Tuhanan (Tauhid), meskipun dalam kehidupan sehari-hari masih ada unsur budaya asal, Hindu dan Budha.

Seni ukir dan arsitektur tradisional Banjar nampak sekali pembauran budaya, demikian pula alat rumah tangga, transport, Tari, Nyayian dsb.

Masyarakat Banjar telah mengenal berbagai jenis dan bentuk kesenian, baik Seni Klasik, Seni Rakyat, maupun Seni Religius Kesenian yang menjadi milik masyarakat Banjar seperti :

Teater Tradisi / Teater Rakyat
Antara lain Mamanda, Wayang Gung, Abdul Mulk Loba, Kuda Gepang, Cerita Damarwulan, Tantayungan, Wayang Kulit, Teater Tutur.

Seni Musik
Antara lain Kuriding, Karung-karung Panting, Kintunglit, Bumbung, Suling Bambu, Musik Tiup, Salung Ulin, Kateng Kupak.

Sinoman Hadrah dan Rudat
Sinoman Hadrah dan Rudat bersumber daripada budaya yang dibawa oleh pedagang dan penda'wah Islam dari Arab dan Parsi dan berkembang campur menjadi kebudayaan pada masyarakat pantai pesisir Kalimantan Selatan hingga Timur.
Puja dan puji untuk Tuhan serta Rasul Muhammad SAW mengisi syair dan pantun yang dilagukan bersahutan dalam qasidah yang merdu, dilindungi oleh payung (merupakan lambang keagungan dalam kehidupan tradisional di Indonesia) ubur-ubur, dalam gerakan yang dinamis
.

Seni Tari

a. Tari Tradisi: Balian, Gantar, Bakanjar, Babangai
b. Tari Klasik: Baksa Kambang, Topeng, Radap Rahayu
c. Tari Rakyat: Japin Sisit, Tirik Lalan, Gambut, Kuda Gepang, Rudat dll

Seni Sastra
Antara lain Kuriding, Karung-karung Panting, Kintunglit, Bumbung, Suling Bambu, Musik Tiup, Salung Ulin, Kateng Kupak.

a. Syair: Hikayat, Sejarah, Keagamaan
b. Pantun: Biasa, Kilat, Bakait


Seni Rupa
Antara lain Ornamen, Topeng dan Patung.

Keterampilan
Maayam dinding palupuh, maulah atap, wantilan, maulah gula habang, maulah dodol kandangan, maulah apam barabai, maulah sasapu ijuk, manggangan, maulah wadai, maulah urung katupat, maaym janur banjar, dll.

CATATAN

Suku bangsa di kota Banjarmasin antara lain:

Nomor ↓Sukubangsa ↓Jumlah ↓
1Suku Banjar417.309 jiwa
2Suku Jawa56.513 jiwa
3Suku Madura12.759 jiwa
4Suku Bukit (Dayak Meratus)7.836 jiwa
5Suku Bugis2.861 jiwa
6Suku Sunda2.319 jiwa
7Suku Bakumpai1.048 jiwa
8Suku Mandar105 jiwa
9Suku-suku lainnya26.500 jiwa

(Sumber: Badan Pusat Statistik - Sensus Penduduk Tahun 2000)

Suku lainnya antara lain:

Keberadaan suku-suku ini ditandai dengan adanya rumah ibadah yang berlatang belakang suku-suku tersebut.


Sumber :

http://andriher.multiply.com/journal/item/7

http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Banjarmasin

19 Agustus 2009

Pangeran Antasari, Seorang Banjar yang Anti Penjajah


Siapakah Pangeran Antasari? Adakah yang mengenalnya? Rupanya, dibanding dengan Jawa dan Sumatera, Kalimantan amat terbatas memunculkan pahlawan-pahlawannya. Dari yang sedikit itu, terdapatlah nama Pangeran Antasari.
Beliau sempat melakukan peperangan dengan Belanda pada abad ke-19. Belanda menggelar perang kolonialnya, antara lain dengan maksud melakukan penaklukan wilayah Kalimantan Selatan. Sebagaimana tertulis dalam sejarah nasional, Banjarmasin merupakan pusat kesultanan yang cukup maju. Tapi, pada permulaan abad ke-19, mereka relatif sudah dikuasai pihak Belanda.

Ketika Sultan Adam (1825-1857) meninggal dunia, Belanda mengangkat cucunya, yaitu Pangeran Tamjidillah, menjadi Sultan. Putra Sultan Adam, yaitu Pangeran Abdulrachman, ayah Tamjidillah, meninggal terlebih dahulu pada 1852. Pengangkatan ini rupanya menimbulkan masalah, karena kesenangannya pada minuman keras dan bermabuk-mabukan. Kalangan umum lebih menyukai putra Abdulrachman yang lain, yaitu Pangeran Hidayatullah. Selain putra dari Ibu bangsawan, ia juga berperangai baik. Tetapi Tamjidillah sudah didukung dan ditetapkan Belanda. Keruwetan politik dalam negeri Kesultanan banjar ini akhirnya menimbulkan Perang banjar selama 4 tahun (1859-1863).

Pada periode konflik fisik itulah, pada 1859, muncul seorang pangeran setengah baya yang telah disingkirkan haknya, memimpin perlawanan terhadap Belanda. Dialah Pangeran Antasari yang lahir tahun 1809. Pangeran berwajah ganteng ini bekerja sama dengan para petani. Dua tokoh pimpinan kaum petani saat itu, Panembahan Aling dan Sultan Kuning, telah membantu Antasari untuk melancarkan serangan besar-besaran. Mereka menyerang pertambangan batubara Belanda dan pos-pos misionaris serta membunuh sejumlah orang Eropa. Sehingga pihak Kolonial mendatangkan bantuan besar-besaran.

Antasari kemudian bergabung dengan kepala-kepala daerah Hulu Sungai, Marthapura, Barito, Pleihari, kahayan, Kapuas, dan lain-lain. Mereka bersepakat mengusir Belanda dari Kesultanan Banjar. Maka perang makin menghebat, di bawah pimpinan Pangeran Antasari. Pernah pihak Belanda mengajak berunding, tetapi Pangeran Antasari tidak pernah mau. Daerah pertempurannya meliputi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah.
Pada 1862, Pangeran Antasari merencanakan serangan besar-besaran terhadap Belanda. Namun, secara mendadak, wabah cacar melanda daerah Kalimantan Selatan, Pangeran Antasari terserang juga, sampai ia meninggal pada 11 Oktober 1862 di Bayan Begak, Kalimantan Selatan. Ia dimakamkan di Banjarmasin.

Perlawanan orang Banjar akhirnya bisa mulai ditumpas pada tahun 1860, meskipun untuk ini dibutuhkan biaya sangat besar. Sejak itu, pihak Kolonial menghapus kerajaan Banjar. Namun demikian, pertempuran masih berlangsung terus dan baru berakhir secara total pada 1863.

Sumber :
19 Agustus 2009

Sejarah Banjarmasin

Banjarmasin di Masa Lalu

Kehidupan di kota Banjarmasin memang tidak terpisahkan dari Sungai Barito beserta anak-anak sungainya. Sejak dahulu Banjarmasin memegang peran strategic dalam lalulintas perdagangan antar pulau, karena terletak di pertemuan antara Sungai Barito dan Sungai Martapura. Sungai Barito dan Sungai Martapura yang lugs dan dalam, terletak 22 km dari laut Jawa, dapat dilayari kapal-kapal besar sehingga kapal-kapal Samudera dapat merapat hingga kota Banjarmasin.

Pada zaman Belanda, Banjarmasin menjadi pelabuhan masuk dan keluar bagi seluruh daerah aliran Sungai Barito dan merupakan pelabuhan transito untuk kapal-kapal yang datang dari Singapura dan Jawa, ke pantai timur Kalimantan. Dari Kalimantan, dikirim keluar barang-barang hasil hutan seperti rotan, damar, kapur, karet, jelutung, tikar purun, telur itik, buah-buahan, barang anyaman rotan, serta batu-batuan permata dan berlian. Barang yang masuk dari Jawa dan Singapura terdiri dari ikan asin, barang-barang pecah belah, minyak tanah, garam, besi dan lain-lain.

Sedangkan industri yang berkembang milik warga Eropa yang berdiri di Banjarmasin pada waktu itu terdiri dari pabrik es, galangan kapal kecil milik Borneo Industri Mij dan perdagangan yang dikelola oleh Borneo Soematra Handel Mij, Heinneman & Co, dan Kantor Cabang dari Javasche Bank en Factorij.

Pada masa itu, Banjarmasin mempunyai pelayaran yang teratur dan langsung dengan Sampit, Kotabaru, Samarinda, Martapura, Marabahan, Negara, Amuntai, Buntok, Muara Teweh dan Kuala Kapuas serta di luar Kalimantan dengan Surabaya dan Singapura.

Asal Mula Nama Kota Banjarmasin

Asal mula nama kota Banjarmasin berasal dari sejarah panjang kerajaan Banjar. Pada saat itu dikenal nama istilah Banjarmasih. Sebutan ini diambil dari nama salah seorang Patih yang sangat berjasa dalam pendirian kerajaan Banjar, yaitu Patih Masih, yang berasal dari Desa Oloh Masih yang dalam bahasa Ngaju berarti orang Melayu atau Kampung Orang Melayu. Desa Oloh Masih inilah yang kemudian menjadi Kampung Banjarmasih.

Patih Masih bersama dengan beberapa Patih lainnya sepakat mengangkat Pangeran Samudera menjadi raja. Pangeran Samudera ini adalah seorang putera kerajaan Daha yang terbuang dan mengasingkan diri di desa Oloh Masih. Sejak itu terbentuklah kerajaan Banjar. Pangeran Samudera kemudian menaklukkan Muara Bahan dan kerajaan kecil lainnya Berta menguasai jalur-jalur sungai sebagai pusat perdagangan pads waktu itu.

Kemajuan uan kerajaan Banjar ini tentu Baja mengusik kekuasaan Pangeran Tumenggung, raja Daha yang jugs paman dari Pangeran Samudera. Sehingga terjadi penyerbuan oleh Daha. Peperangan yang berlarut-larut menyebabkan Pangeran Samudera terdesak, dan meminta bantuan kerajaan Demak yang merupakan kerajaan Islam pertama dan terbesar di Nusantara. Demak bersedia membantu kerajaan Banjar, dengan syarat raja dan rakyatnya masuk Islam. Pangeran Samudera setuju dan tentara Demak datang bersama Khatib Dayan yang kemudian mengislamkan rakyat Banjar. Sejak itu Pangeran Samudera berganti nama menjadi Sultan Suriansyah.

Dengan bantuan Demak, Banjar menyerbu Daha dan mengalahkannya. Peristiwa itu terjadi pads tanggal 24 September 1526, sehingga tanggal tersebut dijadikan sebagai:
1. Hari kemenangan Pangeran Samudera, dan cikal bakal kerajaan Islam Banjar
2. Penyerahan kerajaan Daha kepada kerajaan Banjar
3. Hari jadi Kota Bandjarmasih sebagai ibukota kerajaan baru yang menguasai sungai dan daratan Kalimantan Selatan.

Sampai dengan tahun 1664 Surat-Surat dari Belanda ke Indonesia untuk kerajaan Banjarmasin masih menyebut Kerajaan Banjarmasin dalam ucapan Belanda "Bandzermash". Setelah tahun 1664 sebutan itu berubah menjadi Bandjarmassingh, dan pertengahan abad 19, Sejak jaman Jepang kembali disebut Bandjarmasin atau dalam ejaan baru bahasa Indonesia menjadi Banjarmasin.


Catatan Sejarah :

1526 : "Banjarmasih", yang artinya perkampungan "Oloh Masih" (orang Melayu), dipimpin kepala kampung berasal dari Sumatera yang bergelar Patih Masih.

Sumber :
19 Agustus 2009