Selasa, 18 Agustus 2009

Pangeran Antasari, Seorang Banjar yang Anti Penjajah


Siapakah Pangeran Antasari? Adakah yang mengenalnya? Rupanya, dibanding dengan Jawa dan Sumatera, Kalimantan amat terbatas memunculkan pahlawan-pahlawannya. Dari yang sedikit itu, terdapatlah nama Pangeran Antasari.
Beliau sempat melakukan peperangan dengan Belanda pada abad ke-19. Belanda menggelar perang kolonialnya, antara lain dengan maksud melakukan penaklukan wilayah Kalimantan Selatan. Sebagaimana tertulis dalam sejarah nasional, Banjarmasin merupakan pusat kesultanan yang cukup maju. Tapi, pada permulaan abad ke-19, mereka relatif sudah dikuasai pihak Belanda.

Ketika Sultan Adam (1825-1857) meninggal dunia, Belanda mengangkat cucunya, yaitu Pangeran Tamjidillah, menjadi Sultan. Putra Sultan Adam, yaitu Pangeran Abdulrachman, ayah Tamjidillah, meninggal terlebih dahulu pada 1852. Pengangkatan ini rupanya menimbulkan masalah, karena kesenangannya pada minuman keras dan bermabuk-mabukan. Kalangan umum lebih menyukai putra Abdulrachman yang lain, yaitu Pangeran Hidayatullah. Selain putra dari Ibu bangsawan, ia juga berperangai baik. Tetapi Tamjidillah sudah didukung dan ditetapkan Belanda. Keruwetan politik dalam negeri Kesultanan banjar ini akhirnya menimbulkan Perang banjar selama 4 tahun (1859-1863).

Pada periode konflik fisik itulah, pada 1859, muncul seorang pangeran setengah baya yang telah disingkirkan haknya, memimpin perlawanan terhadap Belanda. Dialah Pangeran Antasari yang lahir tahun 1809. Pangeran berwajah ganteng ini bekerja sama dengan para petani. Dua tokoh pimpinan kaum petani saat itu, Panembahan Aling dan Sultan Kuning, telah membantu Antasari untuk melancarkan serangan besar-besaran. Mereka menyerang pertambangan batubara Belanda dan pos-pos misionaris serta membunuh sejumlah orang Eropa. Sehingga pihak Kolonial mendatangkan bantuan besar-besaran.

Antasari kemudian bergabung dengan kepala-kepala daerah Hulu Sungai, Marthapura, Barito, Pleihari, kahayan, Kapuas, dan lain-lain. Mereka bersepakat mengusir Belanda dari Kesultanan Banjar. Maka perang makin menghebat, di bawah pimpinan Pangeran Antasari. Pernah pihak Belanda mengajak berunding, tetapi Pangeran Antasari tidak pernah mau. Daerah pertempurannya meliputi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah.
Pada 1862, Pangeran Antasari merencanakan serangan besar-besaran terhadap Belanda. Namun, secara mendadak, wabah cacar melanda daerah Kalimantan Selatan, Pangeran Antasari terserang juga, sampai ia meninggal pada 11 Oktober 1862 di Bayan Begak, Kalimantan Selatan. Ia dimakamkan di Banjarmasin.

Perlawanan orang Banjar akhirnya bisa mulai ditumpas pada tahun 1860, meskipun untuk ini dibutuhkan biaya sangat besar. Sejak itu, pihak Kolonial menghapus kerajaan Banjar. Namun demikian, pertempuran masih berlangsung terus dan baru berakhir secara total pada 1863.

Sumber :
19 Agustus 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar