Selasa, 18 Agustus 2009

Sejarah Banjarmasin

Banjarmasin di Masa Lalu

Kehidupan di kota Banjarmasin memang tidak terpisahkan dari Sungai Barito beserta anak-anak sungainya. Sejak dahulu Banjarmasin memegang peran strategic dalam lalulintas perdagangan antar pulau, karena terletak di pertemuan antara Sungai Barito dan Sungai Martapura. Sungai Barito dan Sungai Martapura yang lugs dan dalam, terletak 22 km dari laut Jawa, dapat dilayari kapal-kapal besar sehingga kapal-kapal Samudera dapat merapat hingga kota Banjarmasin.

Pada zaman Belanda, Banjarmasin menjadi pelabuhan masuk dan keluar bagi seluruh daerah aliran Sungai Barito dan merupakan pelabuhan transito untuk kapal-kapal yang datang dari Singapura dan Jawa, ke pantai timur Kalimantan. Dari Kalimantan, dikirim keluar barang-barang hasil hutan seperti rotan, damar, kapur, karet, jelutung, tikar purun, telur itik, buah-buahan, barang anyaman rotan, serta batu-batuan permata dan berlian. Barang yang masuk dari Jawa dan Singapura terdiri dari ikan asin, barang-barang pecah belah, minyak tanah, garam, besi dan lain-lain.

Sedangkan industri yang berkembang milik warga Eropa yang berdiri di Banjarmasin pada waktu itu terdiri dari pabrik es, galangan kapal kecil milik Borneo Industri Mij dan perdagangan yang dikelola oleh Borneo Soematra Handel Mij, Heinneman & Co, dan Kantor Cabang dari Javasche Bank en Factorij.

Pada masa itu, Banjarmasin mempunyai pelayaran yang teratur dan langsung dengan Sampit, Kotabaru, Samarinda, Martapura, Marabahan, Negara, Amuntai, Buntok, Muara Teweh dan Kuala Kapuas serta di luar Kalimantan dengan Surabaya dan Singapura.

Asal Mula Nama Kota Banjarmasin

Asal mula nama kota Banjarmasin berasal dari sejarah panjang kerajaan Banjar. Pada saat itu dikenal nama istilah Banjarmasih. Sebutan ini diambil dari nama salah seorang Patih yang sangat berjasa dalam pendirian kerajaan Banjar, yaitu Patih Masih, yang berasal dari Desa Oloh Masih yang dalam bahasa Ngaju berarti orang Melayu atau Kampung Orang Melayu. Desa Oloh Masih inilah yang kemudian menjadi Kampung Banjarmasih.

Patih Masih bersama dengan beberapa Patih lainnya sepakat mengangkat Pangeran Samudera menjadi raja. Pangeran Samudera ini adalah seorang putera kerajaan Daha yang terbuang dan mengasingkan diri di desa Oloh Masih. Sejak itu terbentuklah kerajaan Banjar. Pangeran Samudera kemudian menaklukkan Muara Bahan dan kerajaan kecil lainnya Berta menguasai jalur-jalur sungai sebagai pusat perdagangan pads waktu itu.

Kemajuan uan kerajaan Banjar ini tentu Baja mengusik kekuasaan Pangeran Tumenggung, raja Daha yang jugs paman dari Pangeran Samudera. Sehingga terjadi penyerbuan oleh Daha. Peperangan yang berlarut-larut menyebabkan Pangeran Samudera terdesak, dan meminta bantuan kerajaan Demak yang merupakan kerajaan Islam pertama dan terbesar di Nusantara. Demak bersedia membantu kerajaan Banjar, dengan syarat raja dan rakyatnya masuk Islam. Pangeran Samudera setuju dan tentara Demak datang bersama Khatib Dayan yang kemudian mengislamkan rakyat Banjar. Sejak itu Pangeran Samudera berganti nama menjadi Sultan Suriansyah.

Dengan bantuan Demak, Banjar menyerbu Daha dan mengalahkannya. Peristiwa itu terjadi pads tanggal 24 September 1526, sehingga tanggal tersebut dijadikan sebagai:
1. Hari kemenangan Pangeran Samudera, dan cikal bakal kerajaan Islam Banjar
2. Penyerahan kerajaan Daha kepada kerajaan Banjar
3. Hari jadi Kota Bandjarmasih sebagai ibukota kerajaan baru yang menguasai sungai dan daratan Kalimantan Selatan.

Sampai dengan tahun 1664 Surat-Surat dari Belanda ke Indonesia untuk kerajaan Banjarmasin masih menyebut Kerajaan Banjarmasin dalam ucapan Belanda "Bandzermash". Setelah tahun 1664 sebutan itu berubah menjadi Bandjarmassingh, dan pertengahan abad 19, Sejak jaman Jepang kembali disebut Bandjarmasin atau dalam ejaan baru bahasa Indonesia menjadi Banjarmasin.


Catatan Sejarah :

1526 : "Banjarmasih", yang artinya perkampungan "Oloh Masih" (orang Melayu), dipimpin kepala kampung berasal dari Sumatera yang bergelar Patih Masih.

Sumber :
19 Agustus 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar